Kamis, 05 September 2013

SABAR

SABAR
A.    Makna Sabar
Sabar adalah sikap yang tahan (tidak mudah / lekas marah) terhadap cobaan yang diberikan Allah kepadanya atau kepada hamba-Nya. Sabar merupakan pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id).
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ
{الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا“<سورة الكهف :28

“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28).
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengenyampingkan keinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: “Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim).
B.     Sabar Menurut Islam
جَنَّاتُعَدْنٍيَدْخُلُونَهَاوَمَنْ صَلَحَمِنْآبَائِهِمْوَأَزْوَاجِهِمْوَذُرِّيَّاتِهِمْوَالمَلاَئِكَةُيَدْخُلُونَعَلَيْهِممِّن كُلِّبَابٍ
سَلاَمٌعَلَيْكُمبِمَاصَبَرْتُمْفَنِعْمَعُقْبَىالدَّارِ

“Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 23-24).
Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama dari pada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”
Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Di antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi : 28,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ
{الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا“<سورة الكهف :28

“Dan tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.”

Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), sebagaimana di dalam firman Allah QS. Ibrahim : 21,
وَبَرَزُواْلِلّهِجَمِيعًافَقَالَ الضُّعَفَاءلِلَّذِينَاسْتَكْبَرُواْإِنَّاكُنَّالَكُمْتَبَعًافَهَلْأَنتُم مُّغْنُونَعَنَّا مِنْعَذَابِاللّهِ مِن شَيْءٍقَالُواْلَوْهَدَانَااللّهُ لَهَدَيْنَاكُمْسَوَاءعَلَيْنَآأَجَزِعْنَاأَمْصَبَرْنَامَا لَنَامِنمَّحِيصٍ
“Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong:` Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: `Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri`.
(QS. Ibrahim : 21)
C.    Sabar di atas Islam
Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas. Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah.
Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi Allah, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan meninggalkan agama ini…”. Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.
Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.
Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.
Ingatlah firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran  : 102).
Ingatlah juga janji Allah yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath Thalaq : 2-3).
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, III/624).
D.    Hakikat Kesabaran
Kesabaran terdiri atas ilmu, keadaan, dan perbuatan. Ilmu diibaratkan sebuah pohon, keadaan seperti rantingnya, dan perbuatan seperti buahnya. Orang yang bersabar akan mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan sepenuh hati. Kesabaran karena ibadah akan memperoleh kebahagiaan untuk selama-lamanya.
Firman Allah SWT :
يا أيها الذين آمنوا استعينوا بالصبر والصلاة إن الله مع الصابرين
 “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dan suatu kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin). Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: ma’rifah (ketetapan hati yang dalam mempunyai hadirnya wujud yang wajib adanya yang menggambarkan segala kesempurnaan), ahwal (keadaan), dan amal. Maka ma’rifah itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal, dan ahwal itu yang membuahkan amal.
Ma’rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah. Dan ini terdapat pada semua kedudukan para saalikiin. Seperti demikian pula sabar. Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal yang tegak berdiri.
Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias, kemudian nafsu keinginan kawin. Dan tak ada sekali-kali pada insan pada masa kecil tersebut kekuatan sabar. Pada anak kecil itu yang ada hanyalah tentara hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan.
Akan tetapi, Allah Ta’ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak Adam dan meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. Maka Allah Ta’ala mewakilkan kepada manusia itu ketika sempurna dirinya dengan mendekati kedewasaan, dua malaikat. Yang satu memberinya petunjuk dan yang satu lagi menguatkannya. Maka berbedalah manusia itu dengan pertolongan dua malaikat tadi dari hewan-hewan.
Maka jadilah insan itu dengan sinar petunjuk, mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu tidak disukai pada akibatnya. Akan tetapi, petunjuk itu tidaklah memadai, selama tidak ada baginya kemampuan untuk meninggalkan yang mendatangkan melarat. Lalu ia memerlukan kepada kemampuan dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada menyembelih nafsu syahwatnya itu. Lalu ia melawan nafsu syahwat tersebut dengan kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi darinya. Maka Allah Ta’ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya yang membetulkannya, meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat melihatnya. Ia memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu syahwat. Maka sekali tentara ini yang lemah dan sekali ia yang kuat.
Hendaklah dipahami, bahwa peperangan itu, terjadi antara penggerak agama dan penggerak hawa nafsu. Dan peperangan antara yang dua tadi, berlaku terus menerus. Dan medan peperangan ini ialah qalb hamba.
Sumber bantuan kepada penggerak agama itu datangnya dari para malaikat, yang menolong barisan (tentara) Allah Ta’ala. Dan sumber bantuan penggerak nafsu syahwat itu, datangnya dari syaitan-syaitan yang membantu musuh-musuh Allah Ta’ala.
Maka sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama menghadapi penggerak nafsu syahwat. Kalau penggerak agama itu tetap, sehingga dapat memaksakan penggerak nafsu syahwat dan terus-menerus menantangnya, maka penggerak agama itu telah menolong tentara Allah. Dan berhubung dengan orang-orang yang sabar. Dan kalau ia tinggalkan dan lemah, sehingga ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan ia tidak sabar pada menolaknya, niscaya ia berhubungan dengan mengikuti syaitan-syaitan.
Jadi, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat itu adalah amal perbuatan yang dihasilkan oleh suatu ahwal, yang dinamakan sabar, yaitu tetapnya penggerak agama yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. Tetapnya penggerak agama itu adalah suatu hal yang dihasilkan oleh iman, dengan memusuhi nafsu syahwat dan melawannya, karena sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sesungguhnya semua yang tersebut itu, adalah isyarat yang mengisyaratkan kepada hal-hal yang lebih tinggi dari ilmu mu’amalah. Maka kami terangkan, bahwa telah jelas sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama pada melawan penggerak hawa nafsu. Dan perlawanan ini adalah termasuk ciri khas anak-anak Adam, karena diwakilkan kepada mereka, malaikat-malaikat yang mulia yang menuliskan amal perbuatan mereka.
E.     Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an
سَلاَمٌعَلَيْكُمبِمَاصَبَرْتُمْفَنِعْمَعُقْبَىالدَّارِ
جَنَّاتُعَدْنٍيَدْخُلُونَهَاوَمَنْ صَلَحَمِنْآبَائِهِمْوَأَزْوَاجِهِمْوَذُرِّيَّاتِهِمْوَالمَلاَئِكَةُيَدْخُلُونَعَلَيْهِممِّن كُلِّبَابٍ
“…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 23-24).
Sabar termasuk akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah swt menyebutkan sabar di dalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”
Ibnul Qoyyim mengutip perkataan Imam Ahmad: “Sabar di dalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat.”
Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama dari pada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”
Sabar adalah suatu perbuatan mulia. Sabar merupakan amalan yang mengantarkan pelakunya kepada kasih sayang Allah Swt.
Sabar termasuk salah satu bagian keimanan. Sabar berpasangan dengan syukur. Kedua bagian keimanan ini ibarat dua sisi koin. Satu sisi adalah sabar dan satu sisi sebelahnya adalah syukur. Sebagai orang yang beriman, saat diberi cobaan atau ujian kita harus senantiasa bersabar. Begitu pula saat diberi kenikmatan dan kebahagiaan kita harus senantiasa bersyukur.
Orang yang diberi cobaan dan ujian harus senantiasa bersabar karena sabar merupakan kunci dari segala persoalan. Sifat sabar harus senantiasa melekat pada diri kita selama hidup di dunia. Orang sabar akan mendapatkan balasan pahala di sisi Allah SWT.
Firman Allah berikut.
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersabar.”(QS. An-Nahl: 96)v
“Seseungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).v
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1.      Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2 : 153, "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imran/3: 200, An-Nahl/16: 127, Al-Anfaal/8: 46, Yunus/10:109, Hud/11: 115 dsb.
2.      Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"

3.      Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
4.      Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5.      Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. Al-Anfaal/8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
6.    Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (Ar-Ra’d/13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar