A.
Ada 5 ciri
peribadi seorang muslim sejati yang perlu ada dalam diri kita.
1.
Bertaqwa kepada
Allah dengan sebenar-benar taqwa.
Taqwa merupakan kunci
kemuliaan seseorang sehingga seorang muslim yang sejati akan terus
memperkukuhnya dalam hidupnya. Apabila taqwa telah berhasil diperkukuh nescaya
ia akan selalu siap menghadapi kematian dalam keadaan tunduk dan patuh pada
Allah SWT. Keadaan inilah yang memang diharapkan Allah kepada kita sebagaimana
firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah (3-102)
Taqwa sebagaimana dalam pengertian yang telah disepakati oleh para ulama adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya baik dalam keadaan sepi maupun ramai.
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah (3-102)
Taqwa sebagaimana dalam pengertian yang telah disepakati oleh para ulama adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya baik dalam keadaan sepi maupun ramai.
Dengan demikian
bertaqwa harus kita buktikan dalam segala keadaan dan di mana saja kita berada.
2.
Berusaha masuk
ke dalam Islam secara kaffah.
Ini ertinya muslim yang
sejati tidaklah hanya menyesuaikan diri dalam satu aspek, tetapi seluruh aspek
kehidupannya akan terus diusahakan sesuai dengan ajaran Islam. Kerana itu dalam
berbagai aspek kehidupan tidak akan ditempuh cara-cara yang tidak islami, tidak
akan dipenuhi keinginan- keinginan syaitan, tapi yang dipenuhinya hanyalah
keinginan Allah SWT.
"Hai orang-orang
yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu (2:208)
3.
Diwarnai dengan
nilai-nilai Ilahi (Shibghah)
Setiap muslim haruslah
selalu berusaha menjalani hidup sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
"Shibghah Allah
dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari selain Allah. Dan hanya
kepada-Nya kami mengabdi" (2:138).
4.
Istiqomah atau
teguh dalam pendirian
Sikap ini sangat
penting untuk dimiliki mengingat menjadi muslim yang sebenar-benarnya bukan
urusan yang mudah. Amat banyak tentangan dan godaan yang harus dihadapi dan
semua itu hanya boleh dihadapi dengan istiqomah. Dengan sikap istiqomah
seseorang tidak hanya akan berani menghadapi kemungkinan mendapatkan risiko
akibat keimanan dan keislamannya, tapi juga tidak akan berduka cita bila risiko
itu betul-betul menimpa dirinya.
"Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan : "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka
tetap istiqomah maka tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan mereka tidak pula
(berduka) cita (46:13)
5.
Tawazun
(keseimbangan hidup)
Iaitu seorang muslim
tidak hanya mementingkan urusan duniawi, tapi melupakan urusan ukhrowinya
(urusan akhiratnya) atau sebaliknya, iaitu mementingkan kehidupan ukhrowi
(akhirat) saja tapi melupakan urusan duniawinya. Segala yang dilakukan di dunia
ini semuanya tidak boleh dipisah-pisahkan menjadi urusan dunia saja atau urusan
akhirat saja.
Seorang muslim yang
tawazun memiliki hubungan hidup yang erat antara dunia dan akhirat. Ini
merupakan pengamalan dari firman Allah : "Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepada kebahagiaan negeri Akhirat dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi. Dan berbuat baiklah kepada
orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerosakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerosakan" (28:77)
B.
Pengertian Moral
dan Akhlak (etika)
Moral adalah
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang
perbedaan antara salah dan benar. Sedangkan akhlak ialah seperangkat tata nilai
yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berfikir, bersikap dan
bertindak seorang muslim terhadap alam lingkungannya.
Menurut Al-Ghazali :
Akhlak ialah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.
Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika).
Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika).
1.
AKHLAK TERPUJI
Sebagai penganut Agama
Islam,Allah dan Rasul-Nya menyuruh agar kita memiliki sifat optimis.Optimis termasuk
akhlak terpuji
Orang yang memiliki
sifat optimis selalu bersemangat dalam hidupnya. Ia juga rajin belajar dan
bekerja untuk meraih sukses dalam mencapai cita-cita.
Ada tiga macam sifat
optimis,yaitu:
a)
Optimis dalam
belajar
b)
Optimis dalam
bekerja
c)
Optimis dalam
beribadah
a.
Optimis dalam
belajar
Apabila kita seorang
pelajar, maka kita harus selalu optimis dalam belajar. Rajin dan
bersungguh-sungguh dalam belajar dan berdoa,maka hasil ulangannya akan baik.
b.
Optimis dalam
bekerja
Dalam surat Ar-Ra'd
ayat 11 disebutkan: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri"
Berdasarkan ayat
tersebut dapat disimpulkan bahwa kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh jika
ingin ada perubahan kehidupan yang lebih baik pada diri kita. Kita harus
optimis dengan hasil yang akan kita peroleh dari pekerjaan kita.
c.
Optimis dalam
beribadah
Ketika kita melakukan
ibadah sholat atau ibadah puasa,maka kita harus optimis bahwa ibadah kita akan
diterima Allah SWT. Oleh karena itu,dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita
kerjakan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika
kita beramal dengan memberikan sedekah kepada fakir miskin,maka kita harus
optimis bahwa uang yang kita sedekahkan itu dapat memberikan manfa'at bagi
fakir miskin tersebut.
Dimana-mana setiap
kesempatan dan situasional orang berbicara tentang etika. Memang etika ini
menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit untuk dipraktekkan. Etika adalah
sistem daripada prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Baik dan buruk
terhadap tindakan dan atau perilaku.
Ethics dapat berupa
etika (etik), yaitu berasal dari dalam diri sendiri (hati nurani) yang timbul
bukan karena keterpaksaan, akan tetapi didasarkan pada ethos dan esprit, jiwa
dan semangat. Ethics dapat juga berupa etiket, yaitu berasal dari luar diri
(menyenangkan orang lain), timbul karena rasa keterpaksaan didasarkan pada
norma, kaidah dan ketentuan. Etika dapat juga berarti tata susila (kesusilaan)
dan tata sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan hidup sehari-hari baik dalam
keluarga, masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara. Dalam kelompok
tertentu misalnya memiliki kode etik, rule of conduct, misalnya students of
conduct, kode etik kedokteran, dan atau kode etik masing-masing sesuai dengan
profesinya.
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya. Kesusilaan berasal dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani. Sanksi yang melanggar kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri seperti penyesalan, keresahan dan lain-lain.
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya. Kesusilaan berasal dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani. Sanksi yang melanggar kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri seperti penyesalan, keresahan dan lain-lain.
Kesopanan adalah
peraturan hidup yang timbul karena ingin menyenangkan orang lain, pihak luar,
dalam pergaulan sehari-hari, bermasyarakat, berpemerintahan dan lain-lain.
Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, kepedulian,
kesenonohan yang berlaku dalam pergaulan (masyarakat, pemerintah, bangsa dan
negara). Kesopanan dititik beratkan kepada sikap lahiriah setiap subyek
pelakunya, demi ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam pergaulan. Sanksi
terhadap pelanggaran kesopanan adalah mendapat celaan di tengah-tengah
masyarakat lingkungan dimana ia berada, misalnya dikucilkan dalam pergaulan.
Apabila kita berbicara
tentang etika ini, maka akan kita temukan beberapa pengertian antara lain :
a.
Etika : sistem
daripada prinsip-prinsip moral, dapat juga berarti rules of conduct, kode
sosial (social code), etika kehidupan. Dapat juga berarti ilmu pengetahuan
tentang moral atau cabang filsafat.
b.
Ethos (jiwa) :
karakteristik dari masyarakat tertentu atau kebudayaan tertentu.
c.
Esprit
(semangat) : semangat d’corps, loyalitas dan cinta pada kesatuan, kelompok,
masyarakat, pemerintah dan lain-lain.
d.
Rule (ketentuan,
peraturan) : ketentuan-ketentuan dalam kebiasaan pergaulan masyarakat yang
memberi pedoman atau pengawasan atau kegiatan tentang benar dan salah.
e.
Norma :
merupakan standar, pola, patokan, ukuran, kriteria yang mantap dari masyarakat
atau pemerintah.
f.
Moral :
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang
perbedaan antara salah dan benar.
2.
PEMBANGUNAN
MORAL DAN AKHLAK BANGSA
Keberhasilan dan
kegagalan suatu negara terletak pada sikap dan prilaku dari seluruh komponen
bangsa, baik pemerintah, DPR (wakil rakyat), pengusaha, penegak hukum dan masyarakat.
Apabila moral etik dijunjung oleh bangsa kita maka tatanan kehidupan bangsa
tersebut akan mengarah pada kepastian masa depan yang baik, dan apabila
sebaliknya maka keterpurukan dan kemungkinan dari termarjinalisasi oleh
lingkungan bangsa lain akan terjadi.
Bangsa kita terlalu
terkonsentrasi dengan teori politik dan teori kehidupan yang berkiblat pada
dunia barat dan timur saat membangun masyarakat. Bahkan kecenderungan untuk
meninggalkan identitas timur religius lebih kentara. Di era 1950 - 1960 an
negara kita berganti-ganti haluan politik seperti liberalisme, capitalisme
komunisme dan nasionalis agama (nasakom) pernah dilalui dengan menggunakan pola
trycle and error, sehingga mengalami keterlambatan sikap karena sering berganti
pola politik yang pada akhirnya kita mengalami keterpurukan dan mendapat label
negara terburuk baik di level regional, Asia maupun dunia. Hal ini terjadi
diseluruh aspek kehidupan; di dunia politik, ekonomi, sosial, budaya dan sistem
penegakan hukum.
C.
Akhlakul Karimah
dalam Kehidupan Modern
Saat ini kita berada di
tengah pusaran hegemoni media, revolusi iptek tidak hanya mampu menghadirkan
sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, melainkan juga
mengundang serentetan permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia
misalnya, yang berubah begitu cepat sehingga mampu membuat informasi cepat
didapat, kaya isi, tak terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak untuk
dinikmati. Namun, di balik semua itu, sangat potensial untuk mengubah cara
hidup seseorang, bahkan dengan mudah dapat merambah ke bilik-bilik keluarga
yang semula sarat dengan norma susila .
Kita harus kaya informasi dan tak boleh ketinggalan, jika tidak mampu dikatakan tertinggal. Tetapi terlalu naif rasanya jika mau mengorbankan kepribadian hanya untuk mengejar informasi dan hiburan. Disinilah akhlak harus berbicara, sehingga mampu menyaring “ampas negatif” teknologi dan menjaring saripati informasi positif.
Kita harus kaya informasi dan tak boleh ketinggalan, jika tidak mampu dikatakan tertinggal. Tetapi terlalu naif rasanya jika mau mengorbankan kepribadian hanya untuk mengejar informasi dan hiburan. Disinilah akhlak harus berbicara, sehingga mampu menyaring “ampas negatif” teknologi dan menjaring saripati informasi positif.
Dengan otoritas yang
ada pada akhlakul karimah, seorang muslim akan berpegang kuat pada komitmen
nilai. Komitmen nilai inilah yang dijadikan modal dasar pengembangan akhlak,
sedangkan fondasi utama sejumlah komitmen nilai adalah akidah yang kokoh,
Akhlak, pada hakekatnya merupakan manifestasi akidah karena akidah yang kokoh
berkorelasi positif dengan akhlakul karimah.
Mencermati Fenomena
aktual di tengah masyarakat kita dapat memperoleh kesimpulan sementara bahwa
sebagian hegemoni media secara umum, hegemoni televisi terasa lebih memunculkan
dampak negatif bagi kultur masyarakat kita. Tidak dipungkiri adanya dampak
positif dalam hal ini, meski terasa belum seimbang dengan “pengorbanan” yang
ada.
Televisi yang sarat muatan hedonistis menebarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang seronok penuh janji kenikmatan, keasyikan, dan kesenangan. Belum lagi penayangan film laga yang berbau darah, atau iklan yang mengeksploitasi aurat. Adanya sekat-sekat kultur dipandang tidak relevan di era global ini, sehingga sensor dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan tidak diperlukan lagi.Menghadapi fenomena seperti ini hanya satu tumpuan harapan kita, yakni pendarahdagingan akhlak melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Televisi yang sarat muatan hedonistis menebarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang seronok penuh janji kenikmatan, keasyikan, dan kesenangan. Belum lagi penayangan film laga yang berbau darah, atau iklan yang mengeksploitasi aurat. Adanya sekat-sekat kultur dipandang tidak relevan di era global ini, sehingga sensor dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan tidak diperlukan lagi.Menghadapi fenomena seperti ini hanya satu tumpuan harapan kita, yakni pendarahdagingan akhlak melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar