A.
Masa pra-aksara
Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan
ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Tetapi Dalam
Makalah Ini Kita Hanya Merangkum MASA
BERCOCOK TANAM
Ø Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir
manusia mulai berkembang. Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan
makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia
bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam.
Ciri
cirri bahwa manusia berkembang lebih maju
·
Pola hidupnya mulai
menetap di dataran rendah secara berkelompok dan sudah memilih pemimpin
·
Manusia pada masa
ini, sudah mengenal cara bercocok tanam, mengolah tanah, dan memelihara hewan,
namun jika tanah untuk bercocok tanam dirasa tidak lagi subur, maka mereka akan
berpindah tempat yang lebih subur.
·
Mereka mulai
menguasai cara menyimpan makanan dan mengawetkan makanan secara sederhana.
·
Mereka mengenal
sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan kekuatan alam. Sistem
kepercayaan ini ditunjukan melalui simbol-simbol gambar berwarna, bangunan, dan
arca yang terbuat dari batu besar
·
Alat-alat yang
digunakan terbuat dari batu, dan bahan lainnya yang bentuknya sudah diasah.
Pada masa bercocok tanam alat-alat yang digunakan antara lain:
[ Mata panah, digunakan untuk berburu binatang
[ Gerabah, barang
pecah belah terbuat dari tanah liat, seperti tembikar untuk menyimpan
…makanan
[ Beliung persegi,
digunakan untuk menebang kayu dan mencangkul
[ Kapak lonjong
besar, digunakan untuk mencangkul atau mengolah tanah, sedangkan yang berukuran
kecil sering digunakan sebagai benda wasiat atau pada waktu upacara adat.
Perubahan dari masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang
sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa ini sudah mulai
ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas
tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok. Mulai
ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
1)
Manusia
Manusia yang hidup pada masa
bercocok tanam di Indonesia Barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid,
sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi oleh komponen Austromelanesoid
Kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah
dapat member makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang
banyak sangat menguntungkan, karena mereka dapat menghasilkan makanan yang
lebih banyak pula.
2)
Teknologi
Masa bercocok tanam di Indonesia
dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari
batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah. Alat yang terbuat dari
batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak,
dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung
persegi.
3)
Kehidupan
masyarakat
Masyarakat mulai meninggalkan
cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka sudah menunjukkan
tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai
bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Proses perubahan
tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti. Demikian pula dengan
tempat tinggal, dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap
dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada
bentuk yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak, untuk menampung
keluarga mereka. Gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang memang diperlukan
untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, seperti
mendirikan rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok tanam. Masyarakat
merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. Oleh karena itu, mereka
meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap
binatang-binatang peliharaan. Yang jelas mereka sudah tidak lagi tergantung
pada alam. Mereka sudah mengadakan perubahan-perubahan dengan menganggap
sebagai pemilik atas unsurunsur yang mengelilinginya.
4) Pemujaan roh nenek moyang
Pemujaan roh leluhur maupun
kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat
saat itu. Kebiasaan semacam itu lazim disebut animisme dan dinamisme. Sudah
mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak
lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa
agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka. Tradisi
mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan
adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Terutama karena adanya
pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan
kesuburan tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar