Kamis, 05 September 2013

Masa Kolonial Eropa di Indonesia


Masa Kolonial Eropa di Indonesia
A.    Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa
Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan perlayaran antara Asia dan Eropa. Hal ini menyangkut 2 faktor utama, yaitu letak geografis Indonesia yang berada pada jalur pelayaran Asia dan Eropa dan barang yang diperdagangkan, terutama rempah-rempah, berasal dari Indonesia. Pada tahun 1521, telah terbuka jalan laut yg menghubungkan Indonesia (Maluku) dengan Eropa Barat. Hal ini dilakukan oleh
Sebastian Del Cano, yang membawa rempah-rempah langsung dari Tidore ke Eropa. Pusat-pusat perdagangan di laut tengah merupakan kawasan yg sangat sibuk dan ramai. Disamping itu, tidak jarang orang-orang Eropa mendatangi pusat–pusat perdagangan laut tengah dalam mendapatkan rempah-rempah. Pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di kawasan Laut Tengah ternyata mempunyai peranan yang sangat penting, karena beberapa hal berikut :
·         Sebagai pintu gerbang penghubung kegiatan perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa.
·         Sebagai pusat perdagangan yang menyediakan dan memasok kebutuhan rempah-rempah untuk bangsa-bangsa Eropa.
·         Sebagai kota persinggahan para pedagang yang akan melanjutkan perjalanannya lebih lanjut.
·         Sarana tumbuhnya hubungan persahabatan dan kerjasama antar kota-kota dagang.
Peran penting yang disandang pusat-pusat perdagangan di kawasan Laut Tengah berubah drastis ketika Konstantinopel dikuasai bangsa Turki pada tahun 1453. Sejak saat itu, bangsa Eropa menemui kesulitan untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan yang dulunya dipasok Konstantinopel. Akibatnya, mata rantai perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa yang melalui Konstantinopel menjadi putus. Kemudian bangsa Eropa mencari terobosan baru untuk menembus pusat-pusat perdagangan rempah-rempah di Asia. Bahkan berusaha menembus langsung ke sumber penghasil rempah-rempah di Indonesia, khususnya Maluku. Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam perdagangan dan pelayaran yang dilaksanakan oleh berbagai bangsa di belahan bumi ini, terutama bangsa-bangsa yang tinggal di kawasan Asia dan Eropa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa, yaitu sebagai berikut:
·         Kondisi geografis Indonesia, sangat strategis karena dilewati jalur perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa.
·         Kekayaan alam Indonesia menghasilkan barang dagangan yang dibutuhkan di Eropa.
·         Faktor keamanan, jalur perdagangan dan pelayaran yang melewati perairan Indonesia relatif lebih aman, dengan ombak yang tidak begitu besar.
B.     Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
Jatuhnya konstantinopel mendorong negara-negara Eropa datang ke indonesia untuk mencari rempah-rempah. Namun ternyata tujuan mereka tidak hanya sekedar datang, mereka berusaha mengambil alih perdagangan, menguasainya, dan akhirnya menjadikanya negara jajahan. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda) membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan Indonesia.
1.      Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan sebagai berikut :
·         Tujuan ekonomi, yaitu mencari keuntungan yang besar dari hasil perdagangan rempah-rempah.
·         Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani.
·         Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan.
Tujuan tersebut lebih dikenal dengan gold, glory, gospel.
·         Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan.
·         Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan.
·         Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Kristen.
Portugis dan Spanyol memang sama-sama ingin menguasai dunia. Mereka sudah dua kali membuat kesepakatan, yang pertama tahun 1494 dengan Perjanjian Thordesillas. Dan yang kedua tahun 1526 dengan Perjanjian Saragosa. 
2.      Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia
Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 November 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Disini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau disaingi sesama bangsa Eropa, yang dianggap akan mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore.
3.      Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia
Inggris mendirikan kongsi dagang yang dibberi nama East Indian Company (EIC) pada tahun 1600.  Pemerintah Inggris memberikan hak-hak istimewa kepada EIC.  Pada abad ke-18, para pedagang Inggris juga sudah banyak yang berdagang ke Indonesia. Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Perancis, Inggrsi selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia.
Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raffles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas, namun kekuasaan Inggris tetap bersifat menindas bangsa Indonesia. Daerah operasi EIC adalah India. Sedang pusat kekuasaannya adalah Kalkuta(India). Dari Kalkuta inilah Inggris meluaskan wilayahnya hingga ke Asia Tenggara.
4.      Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia
Tujuan Belanda datang ke Indonesia, sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun 1598. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai berikut :
·         Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda.
·         Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia.
·         Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan   Spanyol.

VOC menerapkan beberapa aturan paksa yang harus dilaksanakan oleh Indonesia. Bentuk-bentuk aturan paksa VOC yang diterapkan di Indonesia tersebut sebagai berikut :
·         Monopoli dagang.
·         Pajak yang harus dibayar dengan hasil bumi.
·         Penjualan paksa hasil bumi kepada VOC.
·         Pelayaran Hongi, yaitu wajib mendayung perahu VOC di perairan Maluku.
·         Aksi penebangan tanaman rempah-rempah milik rakyat.
·         Wajib menanam kopi di wilayah rakyat Priangan.
·         Wajib menyerahkan upeti berupa hasil bumi kepada kepala daerah yang telah menandatangani perjanjian dengan VOC.
C.    Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Kolonial Eropa 
1.      Masa Kolonial Portugis
Di Ternate bangsa Portugis berusaha merebut perdagangan cengkeh dan pala. Di daerah Maluku, Portugis berusaha menanamkan usaha kekuasaannya, namun hampir semua menolak kehadirannya karena sikap Portugis yang sombong.
2.      Masa Kolonial Spanyol
Spanyol hanya berhasil mengusai kerajaan Tidore saja, itupun tidak lama, karena setelah masyarakat Ternate dan Tidore bersatu, Spanyol diusir dari Maluku.
3.      Masa Kolonial Inggris
Monopoli dagang yg diprogramkan oleh EIC tidak sempat berkembang di Indonesia karena Inggris segera terdesak oleh Belanda. Saat itu Inggris di bawah pimpinan gubernur jendral Raffles. Perkembangan masyarakat pda masa Raffles lebih baik daripada saat pimpinan Daendles.
4.      Masa Kolonial Belanda
Semanjak Belanda menginjakkan kakinya ke Indonesia mereka mendirikan VOC. Tanam paksa adalah peraturan yang mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanahnya utk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan nila. Politik etis adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar