1.
Sel
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua
aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan
berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal,
atau disebut organisme
uniseluler, misalnya bakteri dan ameba.
Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan, hewan,
dan manusia, merupakan organisme
multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel terspesialisasi
dengan fungsinya masing-masing. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih
dari 10 sel. Namun demikian, seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh
bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus
berasal dari pembelahan sel telur induknya
yang sudah dibuahi.
Sel-sel pada organisme multiseluler
tidak akan bertahan lama jika masing-masing berdiri sendiri. Sel yang sama
dikelompokkan menjadi jaringan, yang
membangun organ dan kemudian sistem organ yang membentuk tubuh organisme
tersebut. Contohnya, sel otot jantung membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan bagian dari sistem
organ peredaran darah
pada tubuh manusia. Sementara itu, sel sendiri tersusun atas komponen-komponen
yang disebut organel
Sel terkecil yang dikenal manusia
ialah bakteri Mycoplasma dengan
diameter 0,0001 sampai 0,001 mm, sedangkan salah
satu sel tunggal yang bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam
yang belum dibuahi. Akan tetapi, sebagian besar sel berdiameter antara 1 sampai
100 µm (0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa
dilihat dengan mikroskop. Penemuan
dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan sejalan dengan penemuan dan
penyempurnaan mikroskop pada abad ke-17. Robert Hooke pertama kali mendeskripsikan
dan menamai sel pada tahun 1665 ketika ia mengamati suatu irisan gabus (kulit
batang pohon ek) dengan mikroskop yang memiliki
perbesaran 30 kali. Namun demikian, teori sel sebagai unit kehidupan baru
dirumuskan hampir dua abad setelah itu oleh Matthias
Schleiden dan Theodor Schwann.
Selanjutnya, sel dikaji dalam cabang biologi yang disebut biologi sel.
2. Jaringan
Jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, jaringan hampir dimiliki oleh
makhluk hidup bersel banyak (multisluler). Setiap makhluk hidup berasal dari
perkembangbiakan secara kawin (generatif) ataupun secara tak kawin (vegetatif)
pada perkembangbiakan secara kawin terjadi percampuran antara sel ovum dan
sperma membentuk satu sel zigot. Zigot membelah terus-menerus sehingga
terbentuk embrio, dan embrio berkembang menjadi individu baru. Sel zigot
membelah berkali-kali, mula-mula membentuk sel yang seragam (blastula). Sel-sel
tersebut belum mempunyai fungsi khusus. Pada saat perkembangan embrio, sel-sel
tersebut berkembang menjadi berbagai jenis sel yang bentuknya sesuai dengan
fungsinya. Sel mengalami diferensiasi dan spesialisasi. Jadi dari sel yang
seragam berubah menjadi berbagai jenis sel yang bentuknya sesuai dengan
fungsinya.
Macam Jaringan
Macam jaringanpenyusun tubuh
tumbuhan berbeda dengan macam jaringan penyusun tubuh hewan dan manusia.
Berikut akan diuraikan jaringan penyusun tubuh tumbuhan dan hewan.
1.
Jaringan
Tumbuhan
Berdasar sifatnya, jaringan tumbuhan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu jaringan merestematik dan jaringan permanen. Jaringan merestematik
(jaringan embrional) terdiri dari kumpulan sel muda yang terus membelah
menghasilkan jaringan yang lain. Contoh jaringan meristematik adalah jaringan
meristem pada pucuk batang dan akar serta
jaringan cambium. Jaringan meristem pada ujung batang dan akar mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi. Jaringan cambium menghasilkan jaringan pembuluh kayu dan pembuluh tapis yang menyebabkan tumbuhan bertambah besar. Hasil pembelahan jaringan meristematik disebut jaringan permanen, karena tidak mengalami diferensiasi lagi.
jaringan cambium. Jaringan meristem pada ujung batang dan akar mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi. Jaringan cambium menghasilkan jaringan pembuluh kayu dan pembuluh tapis yang menyebabkan tumbuhan bertambah besar. Hasil pembelahan jaringan meristematik disebut jaringan permanen, karena tidak mengalami diferensiasi lagi.
Berdasarkan
struktur dan fungsinya, jaringan permanent dibedakan menjadi berikut ini:
a. Jaringan penutup atau pelindung,
yaitu epidermis dan jaringan gabus.
b. Jaringan pengisi, yaitu parenkima.
c. Jaringan penguat, yaitu kolenkima
dansklerenkima.
d. Jaringan pengangkut, yaitu xylem dan
floem.
3.
Organ
Organ merupakan bagian tubuh yang memiliki satu atau lebih fungsi tertentu. Penyusun organ adalah beberapa jenis jaringan yang terorganisir dan saling berkaitan satu dg lainnya. Contoh: usus halus, berfungsi mencerna dan menyerap sari-sari makanan. Struktur usus halus terdiri dari jaringan otot, jaringan epitel, jaringan ikat, dan jaringan saraf.
Organ merupakan bagian tubuh yang memiliki satu atau lebih fungsi tertentu. Penyusun organ adalah beberapa jenis jaringan yang terorganisir dan saling berkaitan satu dg lainnya. Contoh: usus halus, berfungsi mencerna dan menyerap sari-sari makanan. Struktur usus halus terdiri dari jaringan otot, jaringan epitel, jaringan ikat, dan jaringan saraf.
4.
Sistem Organ
Sistem organ merupakan gabungan
dari berbagai organ yang melaksanakan satu fungsi dalam koordinasi tertentu.
Berikut ini berbagai sistem dalam tubuh beserta fungsinya dan organ
penyusunnya:
1.
Gerak
Fungsi: penyokong, pelindung organ
internal, alat gerak.
Penyusun: tulang & otot
Penyusun: tulang & otot
2.
Sirkulasi
Fungsi: transportasi darah dan
cairan limfa
Penyusun: jantung, pembuluh darah,
pembuluh limfa, darah.
3.
Saraf
Fungsi: koordinasi aktifitas tubuh
Penyusun: otak, 12 pasang saraf
kranial, 31 pasang saraf spinal, sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik
4.
Kelenjar buntu (endokrin)
Fungsi: menghasilkan hormon untuk
mendorong pertumbuhan, perkembangan dan koordinasi aktifitas tubuh.
Penyusun: kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid, kelenjar pituitari dan kelenjar adrenal
5.
Respirasi
Fungsi: bernapas (pertukaran
udara)
Penyusun: hidung,
tenggorokan/trakea, paru-paru
6.
Pencernaan
Fungsi: memproses makanan
Penyusun: mulut, faring,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, anus, kelenjar pencernaan
7.
Eksresi (ginjal)
Fungsi: pengeluaran sisa-sisa
metabolisme, mengatur keseimbangan osmotik darah
Penyusun: ginjal, ureter, kantong
kemih, uretra
8.
Reproduksi
Fungsi: perkembangbiakan
Penyusun: organ kelamin pada
jantan (penis, testis) dan betina (ovarium, uterus)
9.
Kulit (integumen)
Fungsi: pelindung tubuh
Penyusun: kulit dan derivatnya.
Transplantasi ada 2 macam, yaitu
transplantasi heteroplastik (transplantasi antara individu yang tergolong jenis
berbeda dalam marga yang sama) dan transplantasi heterotopik (transplantasi
antara jaringan dalam individu yang sama).
5.
Evolusi
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat
terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses
utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi
ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu
makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme
bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru
dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar
spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual,
kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi
genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme
utama, yaitu seleksi alam dan
hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan
sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu
populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal
ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih
berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi
selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.[1][2] Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi
perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan
seleksi alam.[3] Sementara itu, hanyutan genetik
(Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang
menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan
genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika
suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
6.
Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme
dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu
sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian
ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan
lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi
cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan
kimia atmosfer dan bumi
sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Kehadiran, kelimpahan dan
penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan
sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam
kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut
dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap
suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.
Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan
dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda
dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat
memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,
mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar